Jumat, 19 November 2010

Bulan Januari Pengungsi Bencana Banjir Wasior Akan Di Relokasi

Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, mengutip Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, mengatakan, saat ini hunian sementara untuk korban banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat, sudah terbangun 50-60 persen. Pembangunan hunian itu ditargetkan selesai akhir November 2010 dan sudah bisa dihuni pada Desember mendatang.

Proses relokasi dan rehabilitasi, lanjut Djoko, rencananya dimulai pada Januari 2011. ”Sekarang sudah dilaksanakan pendataan penduduk mana yang nanti harus direlokasi di luar tempat mereka dulu berada. Demikian juga sudah disediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di tempat hunian sementara karena di hunian sementara itu juga harus ada fasilitas umum dan fasilitas pendidikan,” kata Djoko, mewakili Agung, kepada pers, Selasa (16/11) di Jakarta.

Sebelumnya, Djoko mengikuti rapat kabinet terbatas yang dipimpin langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden. Tentang waktu pelaksanaan relokasi dan rehabilitasi tersebut, menurut Djoko, diputuskan dalam rapat kabinet terbatas itu.
Laporan dari Wasior, kawasan yang dipilih sebagai areal relokasi adalah Distrik Naikere di Kabupaten Teluk Wondama. Dalam perencanaan pembangunan Provinsi Papua Barat, Naikere bakal dilalui Jalan Trans-Papua Barat yang kelak menghubungkan Manokwari, ibu kota Papua Barat, dengan Kabupaten Teluk Wondama.
Sebagaimana diberitakan, Wasior, ibu kota Kabupaten Teluk Wondama, luluh lantak diterjang banjir bandang pada 4 Oktober lalu.300 hektar

Penjabat Sementara Bupati Teluk Wondama Decky Ampnir, yang ditemui kemarin, menyatakan, saat ini ada lahan sekitar 1.500 hektar yang cocok untuk areal pemukiman berikut fasilitas umum dan fasilitas sosial di Naikere. Namun, dari lahan seluas itu, yang akan digunakan untuk relokasi Wasior sekitar 300 hektar.
Naikere terletak 52 kilometer selatan Wasior. Dari Wasior, Naikere dapat ditempuh dua jam melalui perjalanan darat.
Naikere dipilih sebagai kawasan relokasi karena jauh dari ancaman bahaya banjir bandang. Meski demikian, relokasi harus didahului peningkatan infrastruktur jalan. Sebab, separuh jalan dari Wasior ke Naikere—persisnya dari Tandia ke Naikere (sekitar 15 km)—jalannya masih berupa pasir dan batu.
Sejumlah warga Wasior menolak rencana relokasi tersebut. Mereka meminta pemerintah membantu membangun rumah permanen yang letaknya tidak jauh dari kampung mereka.

Warga juga meminta sungai-sungai yang menyebabkan banjir bandang dinormalisasi. ”Sejak lahir kami sudah tinggal di sini. Tidak mungkin kami meninggalkannya,” kata Anton Aure (40), korban banjir asal Kampung Worowai, mewakili teman-temannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar